Senin, 04 April 2016

Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Perigatan Batas Laut Untuk Nelayan

Salah satu penyebab nelayan kita memasuki wilayah laut negara tetangga adalah ketiadaan informasi batas wilayah. Di laut, memang sulit mengetahui perbatasan wilayah antar negara secara akurat, karena batas bersifat imajiner alias maya. Akibatnya, banyak terjadi kasus pelanggaran perbatasan oleh Nelayan.

Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Perigatan Batas Laut Untuk Nelayan.jpg



I Made bilangan Hadi (bilangan), Mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan inspirasi menghasilkan perangkat yahg bisa memberi peringatan Jika kapal telah dekat garis perbatasan. Gagasan sapta ialah nelayan perlu dibekali perangkat yang bisa memberi ‘warning’ terhadap potensi pelanggaran batas maritim.




Buat merealisasikan ide tadi, sapta mengajak Bagas Lail Ramadhan asal Jurusan Teknik Geodesi serta Imaddudin A Majid asal Jurusan Teknik elektronika. Ketiganya bekerja semenjak Agustus sampai selesai pada November 2015 di bawah bimbingan I Made Andi Arsana, Dosen Jurusan Geodesi UGM. 




Perangkat temuan ketiga mahasiswa ini diberi nama Swates. Dalam bahasa Jawa berarti suwanten wates, yang berarti bunyi perbatasan. Komponen primer Swates terdiri asal alarm serta dunia positioning system (GPS). Bilangan cs menggunakan pemograman bahasa C buat mengkoneksikan GPS dan Alarm.




Info koordinat berasal GPS dibaca dan diolah sang program, hasil dialirkan ke Alarm. Secara mudah, contohnya, Alarm akan berbunyi di posisi tertentu sebelum melawati batas maritim. Pengguna mampu mengatur sendiri offset-nya, yaitu jeda tertentu terhadap garis perbatasan. Adapun gosip batas maritim (menjadi baseline) memakai titik koordinat batas maritim sinkron dokumen resmi perjanjian perbatasan Indonesia menggunakan negara tetangga.




Karena menggunakan GPS, Swates dapat digunakan di seluruh wilayah, terutama pada laut. Koneksi GPS menggunakan frekuwensi satelit selalu cantik selama tidak terhalang oleh objek material, mirip pohon serta gedung. Swates mempunyai dimensi 15 x 15 x 8 sentimeter, sehingga mudah dibawa. Buat asal daya, cukup menggunakan adaptor atau aki. Biaya pembuatan Swates masih tergolong tinggi, yaitu kurang lebih Rp500 ribu rupiah. Tetapi dari bilangan, porto tersebut masih bisa ditekan Bila diproduksi secara massal. Bilangan optimis harga jual Swates dapat terjangkau nelayan.




Berkat keorisinal gagasan serta kemanfaatannya, Swates meraih kampiun I Lomba Geospasial Inovatif Nasional 2015 pada Fakultas Teknik UGM di November 2015 kemudian.




Pembimbing bilangan serta kawan-kawan sekaligus dosen Jurusan Teknik Geodesi UGM, Dr I Made Andi Arsana, sangat terkesan dan bangga dengan karya anak didiknya tadi.




“Kekuatan penelitian ini merupakan pada orisinalitas gagasan yg bersifat aplikatif menggunakan memakai pendekatan dan prinsip ilmu dan teknologi dasar yg relatif sederhana,” kata pria yang pula pengamat perbatasan serta kemaritiman UGM 




berdasarkan Made Andi, melalui penemuan serta gagasan orisinil, pemanfaatan teknologi yg sederhana dapat menyampaikan manfaat yang konkret, terutama bagi para nelayan supaya terhindar asal pelanggaran batas maritim. Meski begitu, Swates yang masih purwarupa ini tentu masih memerlukan penyempurnaan di beberapa bagian, terutama pada kemasannya. Selain itu, perlu terdapat proses perancangan produk menghasilkan produk yang sinkron menggunakan kaidah produksi serta tetap sempurna guna.




Sebenarnya saat ini telah banyak perangkat GPS atau telepon cerdas dengan fitur penentuan posisi berbasis satelit yg bisa digunakan buat mengetahui batas wilayah. Tetapi, harga alat tersebut cukup mahal bagi nelayan. Akhirnya, nelayan tradisional hanya mengandalkan di pengetahuan astronomi tradisional, yaitu pengamatan bintang yg akurasinya rendah. 






“Selain dukungan perangkat mirip Swates, kiprah aparat keamanan bahari permanen dibutuhkan buat membantu nelayan tahu batas daerah. Pengetahuan dasar hukum laut, kedaulatan dan hak berdaulat wajib diberikan kepada para nelayan,” katanya. (JMOL)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Perigatan Batas Laut Untuk Nelayan

0 komentar:

Posting Komentar